Cara Menjadi Orang Sukses Seorang Lulusan SD
Siapa yang tidak kenai dengan Eka Tjipta Widjaja? Eka Tjipta Wijaya adalah seorang pebisnis Indonesia yang cukup ternama. Ia terlahir di Coan Ciu, Fujian, Republik Rakyat Cina dengan nama asli Oei Ek Tjhong pada 3 Oktober 1923. Selain itu, Eka Tjipta Wijaya juga merupakan pendiri Sinar Mas Grup. Bersama Sinar Mas Group, akhirnya kisah pengusaha sukses Eka Tjipta pun berhasil menjadi seorang pebisnis yang tidak bisa diremehkan lagi. Perlu untuk diketahui bahwa sekarang namanya telah berhasil duduk di posisi ketiga dalam daftar sepuluh orang terkaya di Indonesia versi majalah Forbes 2011. Menurut data Forbes 2011, Kisah Pengusaha Sukses Eka Tjipta tercatat telah memiliki kekayaan sebesar US$ 8 miliar. Eka Tjipta adalah salah satu dari beberapa pengusaha yang besar di masa Orde Baru. Ia sempat meredup ketika Indonesia sedang terjangkit "krisis moneter".
Namun Eka Tjipta tidak pernah menyerah, ia terus berusaha dan akhirnya bisa bangkit lagi seperti sekarang. Namun tahukah Anda bahwa kisah sukses milyader tersebut tidak pernah mengenyam pendidikan dengan sempurna seperti para pebisnis lainnya. Eka Tjipta merupakan seseorang yang lahir dalam keluarga yang tidak terlalu kaya atau bolen dibilang pas pasan, pas butuh pas gak ada. Perjalanan hidup seorang Eka Tjipta Wijaya tidaklah semulus apa yang diperkirakan oleh orang banyak. Sejak awal, Eka Tjipta sudah ditempa oleh berbagai macam tantangan hidup. Salah satunya adalah ia dan keluarganya harus bisa bertahan hidup dalam kemiskinan. Kemudian ia bersama ibunya pun harus pindah ke Makassar pada tahun 1932.
Saat itu, Eka Tjipta baru berusia 9 tahun. Setibanya di Makassar, Eka kecil yang saat itu masih dengan nama Oei Ek Tjhong pun segera membantu ayahnya yang sudah lebih dulu tiba dan mempunyai toko kecil. Di toko tersebut, Eka kecil membantu ayahnya untuk berjualan.
Turun Naik Kisah Pengusaha Sukses
Pengalamannya dalam 'berjualan telah membentuk Eka Tjipta sebagai seorang pedagang. Akhirnya, dia pun memutuskan untuk berusaha sendiri di usianya yang baru menginjak 15 tahun. Untuk pertama kalinya, Eka Tjipta mencoba dengan berjualan gula-gula dan biskuit. Karena ia masih belum memiliki modal untuk membeli gula-gula dan biskuit terse but, Eka Tjipta pun bermaksud untuk mengambil barang dagangan terlebih dulu, dan membayarnya bila barang dagangan tersebut sudah laku. Tapi jangan dikira bahwa Eka Tjipta bisa dengan mudah dipercaya orang untuk menjualkan barangnya.
Ia sering mendapatkan penolakan dari berbagai macam toko grosir, baik penolakan secara halus maupun secara kasar. Namun penolakan tersebut tidak membuat Eka Tjipta menyerah. Dalam pikiran bocah berusia 15 tahun tersebut, hanya ada satu keinginan yaitu untuk tetap survive demi merubah nasib keluarganya. Berbagai macam hal pun dilakukannya untuk membuat toko grosir tersebut bisa mempercayai Eka Tjipta. Salah satu caranya adalah dengan cara memberikan ijazah SD Eka Tjipta sebagai jaminan dan identitas untuk mengambil barang-barang dagangannya.
Ternyata cara tersebut bisa dibilang cukup ampuh untuk "merebut hati" pemilik grosir agar bisa mempercayai Eka untuk menjualkan barang dagangannya. Bahkan, Eka Tjipta juga diperbolehkan menjualkan barang dagangan tersebut tanpa harus memberikan uang muka terlebih dahulu. Pada saat itu, Eka Tjipta dipercayai untuk menjual empat buah kaleng biskuit dan gula-gula kembang senilai 21,50 gulden.
Dengan barang jualan tersebut, Eka Tjipta pun semakin bersemangat untuk berjualan dengan menggunakan sepedanya ke toko-toko di wilayah Makasar. Eka Tjipta adalah seorang anak kecil yang ulet dan pekerja keras, maka jangan heran hila hanya dalam beberapa bulan saja, Eka sudah bisa membeli becak untuk mengangkut barang-barang dagangannya tersebut.
Namun sayangnya, bisnis yang dijalani Eka Tjipta pun mulai goyah ketika Jepang datang ke Makassar pada tahun 1941. Bisnis Eka Tjipta pun terpuruk dan akhirnya ia jatuh miskin lagi. Eka Tjipta bukanlah orang yang mudah menyerah. Ia harus terus berusaha keras agartujuannya untukmemperbaiki kehidupannya bisa terwujud nyata. I a pun tak pernah berhenti mengayuh sepedanya untuk mencari ide bisnis baru.
Ia terus memutar otaknya dan berpikir apa yang seharusnya ia lakukan saat itu. Sampailah ia ke Paotere, yaitu sebuah tern pat di pinggiran Makassar (kini Paotere sudah menjadi salah satu pangkalan perahu terbesar di luar Jawa). Di situ ia melihat betapa ratusan tentara Jepang sedang mengawasi ratusan tawanan pasukan Belanda. Pada suatu hari, Eka melihat truk-truk tentara Jepang yang sedang membuang bongkahan. Kemudian, Eka pun berlari menuju tempat tersebut. Di tempat itu, Eka melihat bersak-sak tepung terigu, semen, besi-besi bekas, dan barangbarang lainnya.
Eka pun tersenyum dan mulai berpikir untuk memanfaatkan barang-barang itu agar bisa digarap lagi untuk dijual kembali. Eka yakin bahwa barang-barang tersebut akan bisa laku keras. Eka Tjitpa pun segera bergegas pulang ke rumah dan ia membuka tenda untuk menjual makanan dan minuman kepada tentara Jepang yang ada di lapangan kerja itu. Sekitar pukul empat subuh, Eka segera mengayuh sepeda menuju Paotere untuk menjual kopi, gula, kaleng bekas minyak tanah yang sudah diisi dengan air, oven kecil berisi a rang untuk membuat air panas, cangkir, sendok dan sebagainya.
Untuk pertama kalinya, ia pinjam alat-alat masak dari ibunya dan ia juga meminjam enam ekor ayam milik ayahnya. Setelah itu, dengan ketekunan dan keahliannya, Eka pun mulai memotong ayam tersebut dan membuat ayam putih gosok garam. Tidak hanya itu saja, Eka Tjipta juga diperbolehkan untuk meminjam satu botol wiskey, satu botol brandy dan satu botol anggur dari teman-temannya.
Setiap permulaan pastilah akan terasa berat, hal tersebut juga dialami oleh Eka Tjipta. Ia harus menelan kenyataan pahit, bahwa tak satupun tawanan Belanda yang mampir kelapaknya untuk membeli sesuatu. Namun hal tersebut tidak membuatnya menyerah. Eka pun segera mendekati komandan yang terdapat di tempat itu. Kemudian Eka memberikan komandan tersebut dengan makanan dan minuman secara gratis.
Kemudian komandan tersebut pun merekomendasikan para tawanannya untuk makan minum di tenda Eka. Setelah mereka semua puas menikmati sajian tersebut, Eka pun segera minta izin untuk membawa semua barang yang sudah dibuang. Karena barang yang dibuang oleh tentara Jepang tidaklah sedikit, Eka mengumpulkan anak-anak kampung untuk mengangkati barang-barang tersebut. Untuk jasa anak-anak kampung tersebut, Eka membayarnya dengan 5-10 sen.
Eka pun segera memilih barang manakah yang masih pantas untuk dijual. Kemudian Eka menaikkan harga barang-barang terse but. Bila pada awalnya, barang satu karung dihargai Rp.50, ia menjualnya menjadi Rp.60. Namun karena permintaan dari barang-baran!rtersebut lumayan tinggi, maka Eka pun menaikkannya menjadi Rp. 150. Tidak hanya itu saja, Eka juga menaikkan harga semen yang dulunya hanya Rp. 20/karung menjadi Rp.40.jkarung. Pada suatu hari, Eka Tjipta pun memutuskan untuk mengganti usahanya dari penjual semen dan besi be ton menjadi penjual kopra.
Motivasi Dari Kisah Pengusaha Sukses
Eka tidak mengeluh karena transportasi yang saat itu memang susah. Eka harus berlayar ke Selayar (Selatan Sulawesi) untuk mendapatkan kopra yang lebih murah. Dari bisnis barunya tersebut, Eka mendapatkan untung yang lebih. Namun sayanya, Jepang kembali berulah. Jepang membuat peraturan sepihak yang menyatakan bahwa penjualan minyak dikuasai oleh Mitsubishi yang memberi Rp.1,80 I kaleng, padahal harga sebenarnya adalah Rp. 6. Meskipun Eka lemas dan tak berdaya saat itu, namun itu semua tidak membuatnya berhenti berusaha. Di usia senjanya, Eka Tjipta membangun PT. Tjiwi Kimia dan memproduksi 10.000 ton kertas (sekarang sudah naik menjadi 600.000 ton). Di usianya yang ke-57, ia mulai merambah ke bisnis kelapa sawit. Untuk bisnis kelapa sawitnya, ia memulai dengan membangun lahan sebesar 10 ribu hektar di Riau dengan mesin pabrik yang memiliki kapasitas 60ribu ton. Tidak hanya itu juga, ia masih memiliki perkebunan teh. Eka Tjipta mengaku bahwa ia membangun pabrik teh seluas 1.000 hektar dengan kapasitas 20 ribu ton.
ltulah sedikit kisah tentang kisah pengusaha sukses dan kerja keras seorang Eka Tjipta Wijaya. Modal kerja kerasnya tersebut ternyata berbuah manis. Ia sudah memiliki banyak sekali perusahaan bisnis yang meliputi bisnis finansial, bubur kertas (pulp) dan kertas, agrobisnis, dan real estate. Tidak hanya itu saja, pengalaman masa kecilnya yang jauh dari dunia kependidikan membuatnya menjadi seorang pemerhati pendidikan anak. ltulah yang membuat sosok Eka Tjipta mendapatkan rekor MURI karena jasanya dalam dunia pendidikan. Ia banyak memberikan beasiswa kepada anak anak usia sekolah.
Perjalanan Pengusaha Sukes Eka Tjipta Wijaya
3 Oktober 1923
Eka Tjipta dilahirkan di Hokian, China
1931 (usia 8 tahun)
Eka Tjipta hijrah ke Makasar
1932 (usia 9 tahun)
Pada usia 9 tahun, ia mencoba berdagang dari pintu ke pintu, dan menjajakan produk toko eceran milik orangtuanya.
1938-1941 (usia 15-18 tahun)
Usia 15 tahun jiwa entrepreneurship Eka Tjipta semakin tumbuh. Bermodalkan jaminan ijazah SD, ia berdagang kecilkecilan, seperti biskuit dan permen.
1942-1945 (usia 19-22 tahun)
Berdagang barang bekas sisa peledakan pelabuhan semen oleh tentara Belanda. Lalu berkembang menjadi pemborong rumah. Ia mulai menggeluti bisnis minyak kelapa dengan bermodalkan 4.000 kaleng minyak kelapa. Namun bisnis ini gagal karena peraturan monopoli perdagangan minyak oleh
tentara Jepang. Eka juga .melirik bisnis terigu, dan akhirnya beralih ke industri rumahan kembang gula. Hasil keuntungan ikumpulkan untuk investasi tanah.
1945-1949 (usia 22-26 tahun)
Usaha grosir produk makanan dan sebagai rekanart ClAD (Corps lntendans Angkatan Darat TNI)
1950-1955 (usia 27-32 tahun)
Pedagang kopra, bahan baku minyak kelapa.
1957 (usia 34 tahun)
Berdagang hasil bumi, dari Surabaya dijual ke Manado, dari Manado menjual kopra dan buah pala ke Makassar. Pada Juni 1957 ia memiliki 4.000 ton kopra
1960 (usia 37 tahun)
Hijrah ke Surabaya. Eka memiliki kebun kopi dan kebun karet di }ember, pabrik minyak kelapa dan penggilingan padi di Ciluas, Serang. Namun perusahaan merugi, perusahaan dijual separuh harga. Lalu dia mendirikan CV Sinar Mas yang melakukan ekspor hasil bumi dan impor tekstil.
1976 (usia 53 tahun)
Mendirikan PT Tjiwi Kimia yang bergerak di bidang bahan kimia, yang kemudian berkembang menjadi pabrik kertas .
1980 (usia 57 tahun)
Mendirikan perkebunan kelapa sawit melalui PT Smart.
1982 (usia 59 tahun)
Pernah memiliki Bank International Indonesia (BII). Saat ini Sinarmas Grup mengoperasikan Bank Sinarmas (sebelumnya bernama Bank Shinta).
1984 (usia 61 tahun)
Membeli perusahaan kertas PT Indah Kiat Pulp & Paper di Tangerang. Sebelum dibeli Eka Tjipta, produksi Indah Kiat 50.000 ton per tahun, setelah dipegang Eka selama 10 tahun,
naik menjadi 700.000 ton pulp per tahun. Kesuksesan Eka Tjipta patut mendapatkan acungan jempol. Mengapa? Karena ia berhasil memberikan contoh, bahwa semua orang berhak untuk bermimpi, termasuk bagi mereka yang tidak sempat mengenyam bangku sekolah dengan sempurna.
EmoticonEmoticon