Cerita Motivasi Hidup dari Korea
Sang hakim benar-benar kesal. Keuntungan yang sudah di depan mata, menguap begitu saja, gara-gara sentilan petugas sok idealis itu. Sialnya lagi, kejadian seperti ini sudah sering terjadi. Saking jujurnya, si petugas akan merecoki apa saja yang kira-kira menguntungkan diri hakim. Kenapa hakim memberi putusan seperti ini, seperti itu, pertimbanglcan lagi, jangan berat sebelah, harus adil, kasihan rakyat, bla-bla-bla. Benar-benar menganggu. Hakim yang korup itu sudah lama merasa tidak nyaman dengan keberadaan si petugas. Ia terus mencari cara untuk menyingkirkan "sang benalu" dalam proyeknya mencari keuntungan pribadi.
Sampai suatu waktu, bumi Korea memasuki musim dingin. Bukannya menunggu salju pertama untuk mengucapkan permintaan baik, sang hakim malah semakin getol memainkan akal liciknya. Suhu udara di Korea pada musim dingin kali ini, lebih dingin dari es. Angin kencang yang bertiup begitu menusuk tulang, hingga membuat badan lebih kaku dan membeku lagi. Siang pun menjadi semakin pendek. Inilah yang akan dimanfaatkan sang hakim untuk menyingkirkan petugas jujur itu secara halus. "Pergilah mencari buah stroberi dan persik," titah hakim. Si petugas tersentak. "Pada musim dingin sekarang ini, Tuan?" "Ya," sang hakim melayangkan tatapan keji. "Aku beri waktu satu bulan untuk membuktikan kesetiaanmu padaku. Jika berhasil, hadiah istimewa menantimu. Jika gagal, kau harus mengundurkan diri dari jabatanmu."
Petugas yang jujur itu tak berani membantah. Ia telah berkomitmen untuk menjalankan setiap pekerjaan dengan sebaik-baiknya. Begitu pula titah atasannya yang mustahil ini. Setelah si petugas meninggalkan kediamannya, hakim itu ter-senyum licik. Ia yakin bawahannya tak akan sanggup melaksanakan perintahnya. Sudah terbayang-bayang limpahan kekayaan dart berbagai kasus besar yang sedang ia tangani. Tak akan ada lagi suara sember petugas jujur yang akan mengganggunya. Sementara itu, hari demi hari, si petugas terus berusaha mencari buah stroberi dan persik sesuai perintah atasannya. Ia mencoba segala usaha, setiap jalan dan tempat, bahkan sampai malam berganti pagi, tak pernah kunjung menyerah. Tapi, tak sebutir buah pun ia temukan. Tubuhnya sudah semakin lemah akibat gempuran musim dingin yang membeku. Hari demi hari terus berlalu, semakin mendekati waktu satu bulan yang disyaratkan oleh sang hakim. Si petugas hanya bisa pulang dengan tangan kosong. Ia menyesali diri, karena tak bisa melaksanakan tugas Akhirnya, petugas yang jujur itu jatuh sakit. Putranya yang baru berusia sepuluh tahun sangat prihatin melihat kondisi sang ayah. Tak hanya sakit di raga saja yang membuat ayahnya semakin lemah. Ayahnya yang ia kenal adalah sosok tahan banting dan jarang sakit. Pasti ada sesuatu yang merisaukan hati sang ayah hingga kesehatannya semakin menurun. Meski tabib telah datang, dan banyak obat diminum, ayahnya tak kunjung membaik. Putra yang baik itu menghampiri pembaringan sang ayah dan bertanya, "Ayah, apa sebenarnya yang terjadi? Ceritakanlah ke-padaku." Ayah hanya menggeleng lesu. "Ayah tidak mampu menjalankan sebuah tugas, Anakku " "Tugas apa, Ayah?" kembali sang putra bertanya. Semula petugas yang jujur itu tak mau mengungkapkan secana rinci tugas tersebut, namun putranya terus mendesak. Setelah mendengar keseluruhan cerita, sang putra mengangguk-angguk. "Jangan khawatir, Ayah, beristirahatlah agar cepat sembuh. Aku akan menemukan jalan keluar untuk mengatasi persoalan ini " Esok harinya, putra petugas jujur itu pergi menghadap hakim
Tanpa takut ia menemui atasan ayahnya itu langsung di ruang pengadilan yang agung. "Tuan Hakim yang terhormat, saya datang mewakili ayah saya. Ia terbaring sakit di rumah, karena digigit ular berbisa dalam perjalanan mencari buah yang Tuan inginkan " Bukannya menyatakan simpati atas musibah yang terjadi pada bawahannya, sang hakim malah melotot dengan garang. "Berani benar kau membohongiku, Anak Kecil Mana mungkin ada ular berkeliaran pada musim dingin begini?" Dengan tenang, putra petugas jujur itu menukas, "Kalau begitu, mungkinkah buah stroberi dan persik dapat diperoleh, selain di musim panas?" Sang hakim kehilangan kata-kata. Ia mengakui kecerdikan bocah laki-laki di hadapannya. Malu juga rasanya diperdaya anak kecil di bawah tatapan banyak orang. Konon, setelah kejadian itu, gubernur provinsi memberhentikan hakim yang tamak tersebut, kemudian mengangkat bawahannya yang jujur sebagai pengganti.
Hal yang bisa di petik dari cerita motivasi di atas:
Seandainya Anda mempunyai kebohongan yang terus tersimpan sampai busuk, terasa ringankah hidup Anda dengan menggendongnya dalam setiap langkah?Di sisi lain, manusia selalu tergoda untuk mengeluh betapa beratnya hidup int Bagaimana tidak berat, kalau Anda terus menambah gendongan dengan sikap tak jujur yang lain. Sama seperti si petugas jujur yang selalu merecoki itu, nurani kita selalu nyinyir mengatakan:jangan bohong, jangan licik,jangan tamak, jangan meremehkan, dan jangan jangan yang lain. Cobalah mendengarkan dengan telinga yang tanpa prasangka. Semua itu demi kebaikan kita sendiri.
EmoticonEmoticon